Jumat, 31 Agustus 2012

Seberapa Mahal Diri Kita


Ada 3 botol minuman yang diproduksi di pabrik yang sama. Pagi itu ketiga botol dimasukkan ke dalam truk untuk diantarkan ke berbagai tempat. Truk itu berhenti di pasar lokal. Botol yang pertama kemudian dijual dengan harga 5000 rupiah. Truk melanjutkan perjalanannya kembali untuk mengantar botol yang kedua yaitu pada pusat perbelanjaan di tengah kota. Oleh pelayan toko tersebut, botol dijual dengan harga 9000 rupiah.
Sampailah truk pada pemberhentian terakhir yaitu di otel berbintang. Botol itu tidak dijual akan tetapi disimpan dan baru dikeluarkan pada saat ada orang yang memesannya. Oleh pelayan hotel, minuman pada botol tersebut dituangkan pada gelas kristal yang penuh dengan bongkahan-bongkahan es. Orang-orang yang menikmatinya pun tidak mempermasalahkan berapa harganya. Akan tetapi pada saat nota diberikan, tertulis bahwa harga minuman itu sebesar 50.000 rupiah.
Minuman dalam botol tersebut memiliki kualitas yang sama, rasa yang sama, diantar oleh truk yang sama, dan diproduksi oleh pabrik yang sama. Lalu mengapa harga dari ketiga botol minuman tersebut berbeda?
Lingkungan dimana botol-botol minuman itu berada, mencerminkan sebuah harga.Saat botol-botol itu berada pada lingkungan yang baik dan berkualitas, maka harganya pun semakin baik.
Lingkungan mencerminkan suatu relationship/hubungan. Lingkungan dapat mempengaruhi kualitas hidup kita. Saat kita berada pada lingkungan yang buruk, maka lingkungan tersebut akan meng-kerdil-kan kita. Apabila kita berada pada lingkungan yang baik, maka lingkungan tersebut akan membantu mengeluarkan semua sisi baik dalam diri kita.
Bergulah dengan orang-orang yang baik. Bangunlah suatu hubungan yang dilandasi dengan kasih. Sebelum kita melakukan hubungan keluar dengan orang lain, terlebih dahulu mari kita perbaiki hubungan kita dengan Tuhan. Saat kita bergaul dengan Tuhan, maka kita akan memiliki kualitas hidup yang berbeda dengan dunia.

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Matius 5:13


Rabu, 29 Agustus 2012

Jangan Meremehkan Hal Kecil


Beberapa waktu yang lalu, ada seorang wanita yang sangat membanggakan matanya. Mata yang begitu indah dengan bulu-bulu mata lentik menghias bola mata birunya. Tanpa sengaja, percakapan wanita itu dengan orang lain pun terdengar di telingaku.
Wanita yang bermata indah berkata, “Mataku ini lebih berharga daripada bagian tubuh yang lain”. Dengan sombongnya wanita itu menatap kedua matanya dari cermin sakunya. Seorang wanita yang berada di dekatnya pun bersuara, “Suatu saat kau akan mengerti betapa pentingnya bagian terkecil dan tersembunyi dalam tubuhmu.”
Selang beberapa menit kemudian, kedua wanita itu turun dari kereta. Wanita dengan mata indah itu tampak tak memperhatikan jalan saat akan turun dari kereta. Salah satu kakinya masuk dalam celah kecil. Wanita itu merintih kesakitan dengan luka memar pada kakinya. Dia pun membutuhkan bantuan orang lain untuk berjalan. Dapatkah mata membatu wanita itu untuk berjalan?
Seperti itulah kehidupan kita. Kita merupakan bagian dari tubuh Kristus. Janganlah kita hanya memandang pada hal-hal yang besar saja dan meremehkan hal-hal yang kecil. Seringkali kita lupa bahwa semua anggota tubuh saling menopang satu sama lain.
Apa gunanya punya mata yang indah dan dapat melihat segala sesuatu tetapi kita tidak bsa menjangkaunya? Tanpa kaki, kita tidak bisa melangkah ke tempat yang kita inginkan.
Tanpa ibu, tentu kita tidak akan pernah ada di dunia ini. Tanpa para sahabat, tentu kita tidak akan bisa berbagi. Tanpa seorang guru, kita tidak akan pernah bisa membaca, dan tanpa seorang petani tentu kita akan mati kelaparan.
Gedung-gedung tinggi yang berdiri dengan kokoh pun tercipta dari hal-hal yang kecil. Tanpa butiran-butiran pasir yang kecil, gedung itu tidak akan pernah bisa berdiri. Seorang penjahit pun membutuhkan sebuah jarum yang kecil untuk menjahit dan bukan membutuhkan pedang yang besar dan runcing.
Tuhan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing. Jangan pernah meremehkan hal kecil karena hal kecil pun bisa menjadi sangat berharga.

Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan.

1 Korintus 12:24-25


Selasa, 28 Agustus 2012

Jangan Ragukan AKU


Setiap orang pasti pernah merasakan sakit hati. Luka hati itu seperti jarum yang sangat kecil tetapi sangat tajam dan mampu menorehkan luka. Banyak orang menjerit dan meminta tolong untuk keluar dari tusukan-tusukan jarum itu.
Saat kita dalam keadaan yang berbahagia, maka kita akan menganggap semua itu adalah berkat. Akan tetapi pada saat kita berada dalam posisi yang sangat menderita, kita akan kehilangan semangat hidup.
Tidak ada lagi berkat, setidaknya itu yang akan kita pikirkan. Kita merasa Tuhan itu sangat jauh. Kita tidak dapat melihat Tuhan. Sebenarnya, pada saat kita terluka, Tuhan turun tangan dan membalut luka-luka itu. Tuhan menjadi sangat dekat dengan kita.
Jangan pernah berpikir bahwa semua hal buruk yang menimpa kita itu adalah kutuk. Semua yang terjadi dalam kehidupan kita adalah anugrah. Tuhan mempunyai rencana tersendiri bagi kita. Tuhan punya cara yang berbeda-beda untuk memberkati kita.
Saya pernah mengalami masa-masa sulit. Dimana banyak orang menorehkan luka hati. Saat saya berdoa dan berpuasa, Tuhan berkata: “Percayalah pada-Ku dan jangan ragukan Aku!”
Sekaranglah saatnya untuk berserah penuh pada-Nya. Hanya Yesus yang mampu menyembuhkan luka hati dan mengubah semua luka itu menjadi berkat-berkat yang luar biasa.

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.

Yohanes 14:1


Senin, 27 Agustus 2012

Tempat Pelarian Yang Tepat

Di taman ada beberapa anak kecil sedang bermain bersama. Tiba-tiba ada salah satu di antara mereka yang berlari sambil menangis menuju ke orang tuanya. Anak kecil itu tampak mengadu pada sang ayah dan ayahnya  terlihat sangat memperhatikan anaknya sambil memeluknya.
Ternyata, saat anak kecil itu sedang bermain dengan teman-temannya, salah seorang temannya tidak sengaja mendorongnya. Anak kecil itu terjatuh dan terluka pada lututnya.
Ayahnya segera mengobati luka-luka itu dan membelikan sebuah permen untuk membuatnya bahagia dan melupakan kejadian yang baru saja  dialaminya di taman. Anak kecil itu terlihat sangat gembira dalam gendongan sang ayah.
Kemana kita akan berlari untuk mengadu saat kita terluka? Tempat pelarian yang tepat adalah Tuhan Yesus. Dia adalah Bapa yang sangat baik. Dia adalah tempat kita untuk berlindung dan mencari kesembuhan. Dia akan mendengarkan semua keluh kesah kita dan mengobati luka hati kita.
Saat kita datang kepada Tuhan, saat kita mengandalkan Dia, saat kita berseru dan berserah sepenuhnya pada-Nya, dan saat kita percaya pada Yesus…. Dia akan mengganti semua luka-luka itu dengan berkat yang luar biasa.
Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan.
2 Samuel 22:2-3

Minggu, 26 Agustus 2012

Bagi Bebanmu.....


Jika anda merasa masalah anda begitu berat, jangan tanggung masalah anda sendirian. Ini kesalahan yang sering kita lakukan, kita merasa kuat. Kita merasa diri kita sendiri sanggup untuk menanggungnya. Kita tidak perlu orang lain. Itu semua pemikiran yang salah, kita tidak akan pernah sanggup untuk menanggung masalah kita sendirian. Masih ingat pelajaran PPKn waktu SD? Manusia adalah makhluk sosial, jadi tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri. Intinya, kita butuh teman, sodara, tetangga. Kita perlu berbagi hidup dengan orang lain. Itulah kenapa Tuhan menciptakan Hawa, untuk berbagi hidup dengan Adam. Tuhan mengetahui Adam tidak akan sanggup hidup sendiri, begitu pula kita. Kita butuh teman untuk bercerita, kita butuh teman untuk membagi beban kita.
Tuhan Yesus sendiri juga menceritakan beban hidupNya. Waktu Yesus di taman Getsemani, sebelum Dia ditangkap untuk di salibkan, Yesus membagi bebannya kepada ketiga muridNya yang diajak naik ke Getsemani. Yesus merasa butuh orang lain yang dapat mendukung dan menguatkan Dia untuk menyelesaikan misiNya di dalam dunia. Kalo Tuhan saja butuh orang lain, kenapa kita harus sok kuat untuk menanggung beban hidup ini sendirian?
Yang diperlukan adalah, bagaimana kita belajar terbuka kepada orang lain. Tidak menutup diri atau bahkan mengisolasi diri dan berpura-pura everythings is ok. Ini bukan jalan yang tepat. Pengkhotbah mengatakan, berdua lebih baik daripada seorang diri, sebab jika yang seorang jatuh, yang laen dapat membatu mengangkat temannya.
Apakah saat ini beban berat sedang menghimpit anda? Jangan tanggung beban itu sendirian. Cari orang yang tepat untuk diajak share, jangan asal cerita ke orang lain. Bisa-bisa bukan beban kita menjadi ringan, tetapi sebaliknya. Cari orang yang dewasa rohani dan dapat kita percaya. belajarlah untuk percaya kepada orang lain.
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Amsal 17 : 17

Ketakutan Yang Menghancurkan

Setiap orang pasti pernah mengalami ketakutan. Ketakutan itu selalu membayangi kehidupan manusia dalam berbagai rupa. Ketakutan akan pasangan hidup, ketakutan akan pekerjaan, ketakutan tentang keadaan keuangan, atau bentuk-bentuk ketakutan yang lain.
Pernahkah kita bertanya tentang arti sebuah ketakutan itu? Apakah ketakutan itu bermanfaat bagi kehidupan kita? Dan bagaimana cara menghilangkan ketakutan itu untuk selamanya?
Seringkali kita mengubur ketakutan itu dan takut untuk menyentuhnya. Kita cenderung untuk mencari rasa aman daripada harus berhadapan dengan rasa takut. Ketakutan adalah penghancur masa depan. Ketakutan adalah penghambat potensi yang kita miliki. Ketakutan adalah penghambat berkat.
Apakah ketakutan yang memberi kita hidup? Tidak! Tuhanlah yang memberi kita hidup dan Tuhan jugalah yang berkuasa atas berkat. Lalu bagaimana rasa takut itu tetap berputar-putar dalam hati dan pikiran kita? Semua itu disebabkan karena kita lebih cenderung mendengarkan bisikan iblis daripada bisikan Tuhan.
Tuhan adalah sumber damai sejahtera. Maka dari itu marilah kita memelihara damai sejahtera dengan cara tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan. Apabila Tuhan berkata “Percayalah pada-Ku dengan segenap hati dan akal budimu” maka percayalah pada-Nya dan buanglah rasa takut.
Iblis mengetahui setiap kelemahan-kelemahan kita dan itulah yang iblis gunakan sebagai senjata untuk membuat kita takut. Hendaknya segala kelemahan yang kita miliki, kita bawa dihadapan Tuhan dan berserah penuh pada-Nya. Dalam 2 Korintus 12:9 dikatakan bahwa “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Biarlah hanya Yesus saja yang berkuasa atas hidup kita karena dalam Yesus hidup kita akan penuh dengan damai sejahtera.

Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

Ulangan 31:6


Kamis, 23 Agustus 2012

Bila Kau Yang Membuka Pintu



Segala perkaraku ku serahkan padaMu
Allah pembelaku
Segala kuatirku ku taruh di kakiMu
Allah Pem’liharaku


Bila Kau yang membuka pintu
Tak ada satupun dapat menutupnya
Bila Kau yang mengangkat aku
Tiada yang dapat merendahkanku.

Pribadi Yang Mengenal Hatiku


S'perti rusa yang haus
Rindu aliran sungaiMu
Hatiku tak tahan...
MenungguMu...
Bagai tanah gersang
Menanti datangnya hujan
Begitupun jiwaku
Tuhan.....

Hanya Engkau...
Pribadi yang mengenal hatiku..
Tiada yang tersembunyi bagiMu..
Sluruh isi hatiku Kau tahu...
Dan bawaku...
Tuk lebih dekat lagi
PadaMu
Tinggal dalam indahnya dekapan
KasihMu...

Tetap Setia



Selidiki aku, lihat hatiku
Apakah ku sungguh mengasihiMu Yesus
Kau yang maha tahu dan menilai hidupku
Tak ada yang tersembunyi bagiMu


T'lah kulihat kebaikanMu
Yang tak pernah habis di hidupku
Ku berjuang sampai akhirnya
Kau dapati aku tetap setia.

Selasa, 21 Agustus 2012

BUTIRAN DEBU



Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa untuk selamanya
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa sepanjang usia

Hingga tiba saatnya aku pun melihat
Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang

Aku tanpamu butiran debu
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa untuk selamanya
Namaku cinta ketika kita bersama

Berbagi rasa sepanjang usia
Hingga tiba saatnya aku pun melihat
Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat ooh
Menepi menepilah menjauh

Semua yang terjadi di antara kita ooh
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang

Aku tanpamu butiran debu
(aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan) dalam luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu
Aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu

Senin, 13 Agustus 2012

Doa Seorang Anak


Tuhan jadikan kehidupanku cahaya mungil,
Untuk menyinari dunia,
Memberi cahaya bagaikan lidah api kecil
Waktu aku melanglang buana,

Allah jadikan kehidupanku bunga kecil,
Yang membawa kegembiraan kepada semua,
Meskipun tempat untukku mungil,
Puas aku mekar di tempat dalam bejana.

Allah jadikan kehidupanku nyanyian merdu,
Lagu penghibur bagi yang berduka;
Orang menjadi kuat karena aku membantu
Dan sang penyanyi kubuat bahagia.

Titip Rindu Buat Ayah

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hm...
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia

Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia

Kisah Seorang Ibu dan Anak

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya, ia adalah sebuah hal yang memalukan. Ibuku menjalankan sebuah toko kecil pada sebuah pasar. Dia mengumpulkan barang-barang bekas dan sejenisnya untuk dijual, apapun untuk mendapatkan uang yang kami butuhkan. Ia adalah sebuah hal yang memalukan.
Pada suatu hari di sekolah. Aku ingat saat itu hari ketika ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia melakukan hal ini kepadaku? Aku melemparkan muka dengan rasa benci dan berlari. Keesokan harinya di sekolah.. “Ibumu hanya memiliki satu mata?” dan mereka semua mengejekku.
Aku berharap ibuku hilang dari dunia ini maka aku berkata kepada ibu aku,”Ibu, kenapa kamu tidak memiliki mata lainnya? Ibu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Kenapa Ibu tidak mati saja?” Ibu tidak menjawab. Aku merasa sedikit buruk, tetapi pada waktu yang sama, rasanya sangat baik bahwa aku telah mengatakan apa yang telah ingin aku katakan selama ini.
Mungkin itu karena ibu tidak menghukum aku, tetapi aku tidak berpikir bahwa aku telah sangat melukai perasaannya.
Malam itu, Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku menangis disana, dengan pelan, seakan ia takut bahwa ia akan membangunkanku. Aku melihatnya, dan pergi. Karena perkataanku sebelumnya kepadanya, ada sesuatu yang mencubit hati aku.

Meskipun begitu, Aku membenci ibuku yang menangis dari satu matanya. Jadi, Aku mengatakan diri ku jikalau aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku membenci ibu bermata-satu aku dan kemiskinan kami.
Lalu aku belajar dengan keras. aku meninggalkan ibu dan ke Seoul untuk belajar, dan diterima di Universitas Seoul dengan segala kepercayaan diri. Lalu, aku menikah. aku membeli rumah milikku sendiri. Lalu aku memiliki anak-anak juga. Sekarang, aku hidup bahagia sebagai seorang pria yang sukses. aku menyukainya disini karena ini adalah tempat yang tidak meningatkan aku akan ibu.
Kebahagiaan ini menjadi besar dan semakin besar, ketika seseorang tidak terduga menjumpai aku “Apa?! Siapa ini?”… Ini adalah ibu aku.. tetap dengan satu matanya. Ini rasanya seperti seluruh langit sedang jatuh ke diri aku. Anak perempuan aku lari kabur, takut akan mata ibu aku.
Dan aku bertanya kepadanya, “Siapa Anda? aku tidak mengenalmu!!” sandiwara aku. aku berteriak kepadanya “Mengapa engkau berani datang ke rumah aku dan menakuti anak aku! Pergi dari sini sekarang juga!”
Dan ibu dengan pelan menjawab, “Oh, maafkan aku. aku pasti salah alamat,” dan dia menghilang. Terima kasih Tuhan.. Ia tidak mengenali aku. aku merasa cukup lega. aku mengatakan kepada diri aku bahwa aku tidak akan peduli, atau berpikir tentang ini sepanjang sisa hidup aku.
Lalu ada perasaan lega datang kepada aku.. Suatu hari, sebuah surat mengenai reuni sekolah datang ke rumah aku. aku berbohong kepada istri aku mengatakan bahwa aku akan pergi perjalanan bisnis. Setelah reuni ini, aku pergi ke rumah lama aku.. karena rasa penasaran saja, aku menemukan ibu aku terjatuh di tanah yang dingin. Tetapi aku tidak meneteskan satu air mata sekalipun. Ia memiliki sepotong kertas di tangannya.. dan itu adalah surat untuk diri aku.
=================================================
Anakku,
Aku pikir hidupku sudah cukup lama saat ini. Dan.. aku tidak akan mengunjungi Seoul lagi.. tetapi apakah itu terlau banyak jikalau aku ingin kamu untuk datang menunjungiku sekali-kali nak? aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat lega ketika mendengar kamu akan datang dalam reuni ini.
Tetapi aku memutuskan untuk tidak datang ke sekolah.. Untuk Kamu.. aku meminta maaf jikalau aku hanya memiliki satu mata dan aku hanya membawa kemaluan bagi dirimu.
Kamu tahu, ketika kamu masih sangat kecil, kamu terkena sebuah kecelakaan, dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak tahan melihatmu harus tumbuh dengan hanya satu mata.. maka aku memberikanmu mata aku.. aku sangat bangga kepada anak aku yang melihat dunia yang baru untuk aku, menggantikan aku, dengan mata itu.
Aku tidak pernah marah kepadamu atas apapun yang kamu lakukan. Beberapa kali ketika kamu marah kepada aku. aku berpikir sendiri,”Ini karena kamu mencintai aku.” Aku rindu waktu ketika kamu masih sangat kecil dan berada di sekitarku.
Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu. Kamu adalah duniaku.
 =================================================
Selagi orang tua kita hidup marilah kita berbakti terhadap kedua orang tua kita.

I Love You Mama dan Papaku



Sabtu, 11 Agustus 2012

SOAL TIK KELAS IX

1. Jelaskan pengertian internet secara lengkap!
2. Jelaskan sejarah perkembangan internet, mulai dari tahun berapa di kembangkan dan pada bidang apa       pertama sekali internet di perkenalkan!
3. Apa nama istilah awal untuk internet!
4. Singkatan dari apa WWW dan siapa nama penemunya!
5. Jelaskan mamfaat dari kita mengakses internet!

Kamis, 09 Agustus 2012

DOA


BERDOA ATAU BERTINDAK?

Seorang utusan Injil datang ke gereja Anda dan menyatakan butuh bantuan secepatnya. Apakah Anda akan mendoakannya, atau akan bertindak?
Seorang pendeta muda menyatakan bahwa gereja Anda memerlukan beberapa alat musik baru untuk pelayanan pemuda. Apakah Anda akan mendoakannya, atau akan bertindak?
Sebuah pelayanan misi membutuhkan bantuan Anda di dapur umumnya. Apakah Anda akan mendoakannya, atau akan bertindak?
Doa merupakan media penuh kuasa yang kita miliki untuk mengungkapkan berbagai pergumulan. Melalui doa, kita dapat berbicara atau memohon bimbingan dan pertolongan-Nya secara langsung.
Namun kadangkala kita sendirilah yang merupakan jawaban atas doa kita. Hal itu terjadi manakala kita harus berdoa sekaligus bertindak. Mungkin permintaan utusan Injil tadi dapat Anda tanggapi dengan kesediaan Anda untuk segera pergi membantunya. Barangkali Anda dapat menyumbang sebuah alat musik. Dan siapa tahu, Andalah orang yang dipilih Allah untuk membantu di dapur umum pelayanan misi itu.
Pada abad permulaan, kabar baik tentang Kristus disebarkan oleh orang-orang yang mau keluar dan bertindak. Itulah sebabnya kisah mereka dituturkan dalam kitab Kisah Para Rasul yang dalam bahasa Inggris disebut "The Acts of the Apostles," yang artinya "Tindakan-tindakan Para Rasul," bukan sekadar "Doa Para Rasul."
Kita tidak boleh meremehkan doa karena Dia meminta kita untuk berdoa. Namun perlu disadari bahwa kadangkala kita harus mendukung doa kita dengan tindakan

Rabu, 08 Agustus 2012

...........KESAKSIAN.......

 Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”. Berikut refleksi atas perannya di film itu. JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU. Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya. “Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda. Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya. Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu. Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood. Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman. Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini! Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda. Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya. Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya. Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting. Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu. Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya. Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga. Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis. Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya. Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan. Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya. Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya. Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri. Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini). “Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu. Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian. Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri. Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan. Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini. Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa. Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin. “TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA”

Kisah Pengajaran Yang Menyentuh

Namanya Ny. Thompson. Ia berdiri di depan ruang kelas 5 pada hari pertama tahun pengajaran, dan berbohong kepada murid-muridnya. Seperti kebanyakan pengajar, ia memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia memperhatikan seluruh murid dengan adil. Tetapi hal itu tidak mungkin, karena di barisan depan, ada seorang anak yang duduk dengan menggelesot namanya Teddy Stoddard. Ny. Thompson sudah mengawasi Teddy setahun sebelumnya dan ia memperhatikan bahwa dia tidak bisa bermain dengan baik dengan anak-anak yang lain karena bajunya morat marit dan terlihat selalu perlu untuk dimandikan. Dan Teddy bisa jadi tidak suka. Itu semua mendapat penilaian, di mana Ny.Thompson kenyataannya akan memberikan tanda khusus di laporan Teddy dengan tinta merah besar, membuat "X" tebal dan memberi tanda "F" besar di atas kertas laporan Teddy. Di sekolah tempat Ny.Thompson mengajar, ia diminta untuk melihat ulang catatan murid-muridnya di tahun sebelumnya, dan ia membiarkan cacatan Teddy di giliran terakhir. Saat membaca catatan Teddy ia terkejut. Guru kelas satu Teddy menulis, "Teddy adalah anak yang cemerlang dan ceria. Ia mengerjakan perkerjaannya dengan rapi dan memiliki hal-hal yang baik.Ia membawa kegembiraan bagi sekitarnya." Guru kelas duanya menulis, "Teddy adalah murid yang sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi ia terganggu karena ibunya sakit stroke dan untuk tinggal di rumah adalah suatu perjuangan bagi Teddy." Guru kelas tiganya menulis, "Ia mendengar kematian ibunya. Ia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tetapi ayahnya tidak menunjukkan ketertarikannya dan kehidupan di rumah akan segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang dilakukan." Guru kelas empat Teddy menulis, "Teddy menjadi mundur dan tidak tertarik ke sekolah. Ia tidak punya banyak teman dan terkadang tertidur di kelas." Setelah itu, Ny. Thompson menyadari masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa tidak enak ketika murid-muridnya membawa hadiah natal, dibungkus dengan pita-pita yang indah dan kertas yang menyala, kecuali pemberian Teddy. Hadiah dari Teddy kumal bentuknya dan dibungkus dengan kertas coklat yang diambil dari tas belanja. Ny.Thompson dengan terharu membuka kado Tedy ditengah-tengah kado yang lain. Anak-anak mulai tertawa saat ia menemukan gelang batu di mana beberapa batunya hilang, dan sebuah botol yang berisi parfum setengahnya. Tetapi ia menyuruh murid-muridnya diam dan menyatakan bahwa gelang pemberian Teddy sangat indah, serta mengoleskan parfum di pergelangan tangannya. Setelah sekolah usai, Teddy Stoddard tetap tinggal, menunggu cukup lama untuk mengatakan, "Ny. Thompson, hari ini bau wangi anda seperti ibu saya." Setelah murid-muridnya pergi, Ny.Thompson menangis hampir selama satu jam. Hari berikutnya Ny.Thompson berhenti untuk hanya mengajar membaca, menulis dan aritmatika. Sebagai gantinya ia mulai mengajar makna kehidupan bagi anak didiknya. Ny. Thompson memberi perhatian khusus kepada Teddy. Selama bekerja dengannya, pikiran Teddy mulai hidup. Semakin ia mendorong Teddy, semakin cepat Teddy memberikan tanggapan. Di akhir tahun, Teddy menjadi anak terpandai di kelas, akan tetapi Ny. Thompson jadi berbohong dengan mengatakan bahwa ia akan memperhatikan murid-muridnya secara adil, karena Teddy telah menjadi murid kesayangannya. Satu tahun berlalu, Ny. Thompson menemukan sebuah surat dibawah pintu, dari Teddy, yang mengatakan bahwa ia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Enam tahun berlalu sebelum ia menerima surat yang lain dari Teddy. Ia menulis sudah menamatkan SMU, ranking tiga di kelas, dan Ny.Thompson tetap guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Empat tahun berikutnya, ia menerima surat yang lain, mengatakan bahwa saat orang memikirkan banyak hal, ia tetap tinggal di sekolah dan mempertahankannya, dan segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi. Dia meyakinkan Ny. Thompson, bahwa dia tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Kemudian empat tahun berlalu dan surat yang lain datang lagi.Saat ini dia menjelaskan setelah menyelesaikan gelar sarjananya, dia memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi. Surat itu menjelaskan bahwa Ny. Thompson tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Tetapi namanya telah sedikit lebih panjang surat ditandatangani oleh Theodore F. Stoddard, MD. Kisahnya tidak berakhir disini. Masih ada surat lagi pada musin semi itu. Teddy berkata bahwa ia bertemu dengan seorang gadis dan merencanakan untuk menikah. Ia mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Ny. Thompson bersedia duduk di kursi yang biasanya disediakan untuk ibu pengantin. Tentu saja Ny. Thompson bersedia. Dan coba tebak apa berikutnya? Ny. Thompson mengenakan gelang batu di mana beberapa batunya telah hilang. Dan ia memastikan memakai parfum yang diingat Teddy dipakai ibunya pada Natal sebelumnya bersama-sama. Mereka berpelukan, dan Dr. Stoddard berbisik di telinga Ny. Thompson, "Terima kasih Ny. Thompson, Anda mempercayai saya. Terima kasih karena sudah membuat saya merasa begitu penting dan memperlihatkan bahwa saya dapat membuat perubahan." Ny. Thompson dengan air mata berlinang, balik berbisik. Ia berkata, "Teddy, semua yang kamu katakan keliru. Kamu adalah orang yang telah mengajari bahwa aku dapat membuat perubahan. Aku sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu denganmu."* * * * * Hangatkan hati seseorang mulai hari ini.Tolong ingatlah bahwa kemana pun kamu pergi, apa pun yang kamu lakukan, kamu akan punya kesempatan untuk menyentuh atau mengubah diri seseorang. Cobalah lakukan hal itu dengan cara yang positif.Teman adalah malaikat yang mengangkat kita ke atas kaki kita, saat sayap kita bermasalah untuk mengingat bagaimana caranya terbang.
Mendengar Seperti Samuel I Samuel 3:10 "Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar."" Bacaan Kitab Setahun : Mazmur 32; 1 Tesalonika 4; Yesaya 17-18 Seseorang bertanya kepada Joan the Arc mengapa Allah berbicara hanya kepadanya. Ia menjawab, "Tuan, Anda salah. Allah berbicara kepada semua orang. Saya hanya mendengarkan." Saat Allah berbicara kepada Samuel, seolah-olah anak laki-laki itu sedang berbaring diam-diam pada tengah malam. Bahkan saat itu, Samuel mulanya tidak mengenali suara Allah tersebut. Ia membutuhkan hikmat pembimbingnya yang berpengalaman. Eli, untuk mengerti siapa yang sedang berkomunikasi dengannya. Tetapi, berdasarkan berapa kali Samuel mendengar suara Allah sebagai orang dewasa, jelas bahwa ia memang belajar mengindentifikasi, mendengarkan, dan mematuhi suara Allah. Para pemimpin sering menjadi orang-orang yang sibuk juga. Dan mereka dapat dengan mudah terperangkap dalam kegiatan kewajiban-kewajiban mereka. Jika Anda adalah salah satu pemimpin, cobalah untuk menyisihkan saat teduh bagi diri sendiri dan mendengarkan pengarahan Allah. Seperti yang dikatakan Bill Hybels, "Para pemimpin perlu meminta Allah untuk memberikan telinga Samuel kepada mereka." Untuk mendengar suara Tuhan, Anda hanya perlu berserah diri dan mengarahkan telinga kepadaNya